Beberapa hari yang lalu Indonesia dihebohkan dengan penemuan arkeologi di gunung padang. Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang dibentuk Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief mulai penggalian arkeologi di situs megalitikum Gunung Padang. Menurut Ketua Tim Arkeolog Ali Akbar, penggalian secara arkeologi itu berupa pengupasan lapisan tanah, bukan membor badan gunung. Temuan sementara, ada pecahan gerabah yang menandakan jejak manusia di sana.
Menurut Ali, dari 5 teras di situs Gunung Padang saat ini, ekskavasi awal dilakukan pada teras keempat. ”Di teras 1 sampai 3 banyak batuan besarnya, di teras 5 dilarang masyarakat karena dianggap sakral,” katanya saat dihubungi Tempo, Senin, 21 Mei 2012. Tim arkeologi pantang memindahkan batuan di atas tanah yang akan digali, sehingga tempat yang agak lapang dari bebatuan besar hanya teras 4 dan 5.
Ekskavasi yang berlangsung 15-18 Mei 2012 itu mencongkel 6 titik tanah di teras keempat sebelah barat di seberang batu berdiri, atau sebelah kanan dari arah jalan masuk. Ukurannya masing-masing 2,5 x 2,5 meter dengan kedalaman 15 sentimeter. Hasilnya, ditemukan pecahan gerabah seperti tembikar berwarna coklat muda, serpihan batu, serta contoh arang yang diduga bekas pembakaran. Setelah itu, galian ditutup lagi seperti kondisi semula.
Pemeriksaan umur pecahan gerabah itu, kata Ali, belum bisa memakai carbon dating. Cara lainnya dengan meneliti suhu pembakaran gerabah itu, lalu dibandingkan dengan gerabah temuan lain yang sudah diketahui perkiraan usia pembuatannya. “Selama ini situs itu dipercaya sebagai tempat ritual, tapi baru sekarang ada buktinya,“ ujar arkeolog asal Universitas Indonesia itu.
Soal usia situs Gunung Padang, sejauh ini ada dua riset yang menaksir tempat itu dibangun pada 2.500 Sebelum Masehi (SM) dan 10 ribu SM. Ali lebih condong ke masa 2.500 SM, berdasar hasil perbandingan bentuk bangunan dengan punden berundak di sejumlah tempat seperti di Banten. “Dari awal saya percaya itu punden berundak bukan piramida,“ katanya.
Adapun masa pembangunan pada 10 ribu SM, ia meragukannya karena yang diuji dengan carbon dating itu tanah hasil pengeboran di lapisan dalam.“Jadi yang diukur bukan umur budayanya,“ kata dia.
Anggota tim lain dari Bandung Fe Institut Hoky Situngkir mengatakan, ada kemungkinan Gunung Padang seperti situs suku Indian Anasazi. Sisa peradaban yang sempat hilang itu ditinggal penghuninya pada masa prasejarah. “Kita tertarik mengetahui bagaimana masyarakat sekitar Gunung Padang dulu hidup, bekerja,“ katanya. Timnya siap mereka ulang kehidupan masa lalu itu.
Situs Gunung Padang belakangan jadi buah bibir karena ada yang meyakininya sebagai piramida. Kontroversi di kalangan ahli dan masyarakat mencuat sejak Tim Bencana Katastropi Purba datang untuk meneliti situs yang penuh berserakan batu balok bersegi enam itu. Sebelumnya diberitakan, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief menolak riset itu dianggap ingin mencari piramida. Fokus penelitian tim, katanya, untuk memetakan bencana besar yang terjadi di masa lalu yang berpotensi berulang terjadi pada masa sekarang.
gimana informasi nya ?
semoga bermanfaat artikel mengenai penggalian arkeologi di gunung padang.
terima kasih
:)
No comments:
Post a Comment